Prinsip
dasar pembentukan logam merupakan proses yang dilakukan dengan cara
memberikan perubahan bentuk pada benda kerja. Perubahan bentuk ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
Aplikasi pembentukan logam ini dapat dilihat pada beberapa contohnya
seperti pengerolan (rolling), pembengkokan (bending), tempa (forging),
ekstrusi (extruding), penarikan kawat (wire drawing),
penarikan dalam (deep drawing), dan lain-lain. Dalam proses pembentukan
logam inipun
digunakan perkakas (tooling) yang fungsinya memberikan gaya terhadap
benda kerja, serta mengarahkan perubahan bentuknya. Secara makroskopis,
deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan bentuk
yang terjadi dapat dibedakan atas deformasi elastis dan deformasi
plastis.
Deformasi
elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang bekerja, serta
akan hilang bila bebannya ditiadakan. Dengan kata lain bila beban ditiadakan,
maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula. Sedangkan deformasi
plastis adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya dihilangkan
maka kondisi benda akan tetap berubah bentuknya sesuai dengan bentuk yang
dikenakan pada benda tersebut.
Proses
pembentukan logam jika dibandingkan dengan proses-proses lainnya mempunyai
kedudukan yang berbeda dari beberapa proses pembentukan logam lainnya .
Pendekatan secara teori teknik pembentukan logam perlu dikaji dari tiga bidang
utama, yaitu: bidang teknologi proses yang menyangkut geometri dan kondisi
serta parameter proses. Bidang mekanika yang diperlukan untuk memperkirakan
gaya, daya serta energi pembentukan. Bidang metalurgi yang membahas
perubahan-perubahan sifat material akibat proses pembentukan. Pembahasan pada
bab ini lebih dititik beratkan pada bidang pertama dan ke dua yaitu teknik
pembentukan pelat yang di kaji melalui bidang geometri dan kondisi serat bidang
mekanika yaitu tentang gaya, daya serta energi pembentukan. Tujuan proses
pembentukan pelat yang utama adalah mengubah bentuk benda kerja menjadi bentuk
yang dikehendaki. Di industri jenis proses pembentukan logam sangat banyak
ditemukan. Pengkajian proses-proses pembentukan tersebut diklasifikasikan
dengan berbagai cara, yaitu: berdasarkan daerah temperatur pengerjaan,
berdasarkan jenis gaya pembentukan, berdasarkan bentuk benda kerja, dan
berdasarkan tahapan produk.
Berdasarkan
temperatur pengerjaan temperatur pengerjaannya, proses pembentukan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu: pengerjaan panas (hot
working) dan pengerjaan dingin (cold working).
Proses
Pengerjaan Dingin
Proses
pengerjaan dingin (cold working) yang merupakan pembentukan plastis logam
di bawah suhu rekristalisasi pada umumnya dilakukan disuhu kamar jadi
tanpa pemanasan benda kerja. Suhu rekristalisasi yang dimaksud adalah suhu pada
saat bahan logam akan mengalami perobahan struktur mikro. Perobahan struktur
mikro ini akan mengakibatkan perobahan karakteristik bahan logam tersebut. Cold
working sangat baik untuk produksi massal, mengingat diperlukannnya
mesin-mesin yang kuat dan perkakas yang mahal.
Produk-produk
yang dibuat biasanya harganya sangat rendah. Selain itu material yang menjadi
sampah relatif lebih kecil daripada proses pemesinan.Pada kondisi ini logam
yang dideformasi mengalami peristiwa pengerasan regangan (strain-hardening).
Logam akan bersifat makin keras dan makin kuat tetapi makin getas bila
mengalami deformasi. Hal ini menyebabkan relatif kecilnya deformasi yang dapat
diberikan pada proses pengerjaan dingin. Bila dipaksakan suatu perubahan bentuk
yang besar, maka benda kerja akan retak akibat sifat getasnya. Proses
pengerjaan dingin tetap menempati kedudukan yang khusus, dalam rangkaian proses
pengerjaan.
Langkah
deformasi yang awal biasanya adalah pada temperatur tinggi. Misalnya proses
pengerolan panas. Balok ingot, billet ataupun slab di rol panas menjadi
bentuk yang lebih tipis, misalnya pelat.Pada tahapan tersebut deformasi yang
dapat diberikan relatif besar. Namun proses pengerolan panas ini tidak dapat
dilanjutkan pada pelat yang relatif tipis. Memang mungkin saja suatu gulungan
pelat dipanaskan terlebih dahulu pada tungku sampai temperaturnya melewati
temperatur rekristalisasi. Akan tetapi bila pelat tersebut di rol, maka
temperaturnya akan cepat turun sampai di bawah temperatur rekristalisasi. Hal
ini disebabkan oleh besarnya panas yang berpindah dari pelat ke sekitarnya.
Pelat yang tipis akan lebih cepat mengalami penurunan temperatur dari pada
pelat yang tebal.
Proses
deformasi yang dilakukan pada benda kerja yang luas permukaan spesifikasinya
besar (luas spesifik adalah luas permukaan dibagi dengan volume) hanyalah
proses pengerjaan dingin. Beberapa contohnya adalah proses pembuatan pelat
tipis (sheet) dengan pengerolan dingin, proses pembuatan kawat dengan
proses penarikan kawat (wire drawing) serta seluruh proses pembentukan
terhadap pelat (sheet metal forming).
Keuntungan
Proses Pengerjaan Dingin
Keuntungan dari
pembentukan dingin diantaranya:
Ø Tidak
dibutuhkan pemanasan
Ø Permukaan
yang lebih baik
Ø Ketelitian
yang lebih baik
Ø Ukurannya
bisa seragam
Ø Kekuatan
tariknya akan lebih baik dari bahan asalnya
Kelemahan cold working
n Diperlukan gaya yang lebih besar untuk memulai dan menyelesaikan proses
cold work
n Diperlukan perangkat yang lebih berat dan lebih kuat
n Kurang keuletan
n Permukaan logam harus bersih bebas sisik
n Anneal antara mungkin diperlukan untuk mengkompen-sasi hilang keuletan
yang menyertai strain hardening
n Pemberian sifat yang terarah mungkin merusak
n Tegangan sisa yang tak diinginkan mungkin diproduksi
Sifat logam pada cold working
Kesesuaian
suatu logam untuk dicold work ditentukan oleh sifat keuletan, di mana sifat ini
merupakan konsekuensi langsung dari struktur metalurgis. Kemudian proses cold
work mengubah struktur logam dan pada akhirnya mengubah sifat keuletan produk
Akibat proses pengerjaan dingin, secara umum:
1) Terjadinya tegangan dalam logam, yang dapat
dihilangkan dengan suatu perlakuan panas.
2) Struktur butir
mengalami distorsi/ perpecahan.
3) Kekerasan dan kekuatan meningkat, hal ini
seiring dengan kemunduran dalam keuletan.
4) Suhu rekristalisai
baja meningkat.
5) Penyelesaian
permukaan lebih baik.
6) Dapat diperoleh
toleransi dimensi yang lebih ketat
Alasan
terpenting pada pengerjaan pembentukan dengan cold working ini yaitu: untuk
menghasilkan hasil permukaan yang lebih baik dan ketepatan ukuran yang lebih
baik dibutuhkan beberapa persiapan spesial yang diberikan pada logam sebelum proses
cold working.
Yang
pertama logam harus bebas dari kerak. Ini untuk menghindari keausan dari
perkakas yang digunakan dalam cold working. Kerak dihilangkan dengan pickling
dimana logam dicelupkan ke dalam asam dan kemudian dicuci. Persiapan kedua,
dalam pesanannya untuk mendapatkan ukuran tebal pelat yang seseragam mungkin
(toleransi kecil) dilakukan proses cold rolling ringan, perlakuan ketiga yaitu
diberikannya pada logam dengan proses annealing ini sesuai keperluan, terutama
kalau prosesnya mengadakan deformasi yang besar. Kadang-kadang logam harus
dilakukan padanya proses straightening yaitu proses pelurusan dengan rol bila
pelat atau kawat yang digunakan kurang lurus.
Beberapa
contoh proses pembentukan logam untuk pengerjaan dingin dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 9.2
Pemotongan
Gambar 9.2 di
atas memperlihatkan proses pemotongan pelat dengan gaya geser, pemotongan ini
aplikasinya dapat dilihat pada gunting tangan maunpun gunting mesin tenaga
hidrolik.
Gambar 9.3
Penembukan
Pada gambar 9.3
merupakan gambar pada proses blanking atau penembukan. Penembukan
dilakukan dengan menggunakan punch dan dies.
Gambar 9.4 Penembukan
dengan penahan pegas
Gambar proses
blanking dengan sistem penembukan lobang melalui penahan pegas pada dies.
Proses ini menggunakan penekan stopper untuk menahan pelat pada saat
proses penembukan berlangsung.
PROSES PENGERJAAN PANAS
Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T
cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa
proses).
Keuntungan hot working:
n Pada suhu hot working, rekristalisasi mengeliminasi efek dari strain
hardening (pengerasan regang) sehingga tidak ada keniakan signifikan dalam
kekuatan yield atau kekerasan atau penurunan keuletan.
n Kurva stress-strain sebenarnya mendatar di atas titik yield dan
deformasi dapat dipakai mengubah secara drastic bentuk logam tanpa takut akan
retak atau diperlukan gaya yang sangat besar.
n Mengurangi atau menghilangkan ketidakhomogenan kimiawi
n Pori-pori dapat dilas atau direduksi ukurannya selama deformasi
n Struktur metalurgis dapat diubah untuk meningkatkan sifat
akhir
n Pada baja pada suhu rekristalisasi deformasi terjadi pada
struktur Krista austenit FCC yang lemah dan ulet dari pada ferrit BCC yang kuat
dan stabil pada suhu rendah.
Kelemahan hot woking:
n Suhu tinggi dari hot working meningkatkan reaksi logam dengan sekitarnya
n Toleransi yang miskin karena pemendekan termal dan
kemungkinan pendinginan yang tidak uniform
n Struktur metalurgis mungkin juga tidak uniform Karena
ukuran butir akhir tergantung pada reduksi, suhu pada akhir deformasi dan
faktor yang lain yang bervariasi
sepanjang benda kerja
n Bila logam dipanaskan ulang
tanpa deformasi sebelumnya maka logam akan mengalami pertumbuhan butir
dan penurunan secara konkuren dalam sifatnya.
n Namun bila logam telah mengalami
deformasi sebelumnya maka struktur yang terdistorsi secara cepat diganti
dengan ‘butir bebas rengangan’ baru.
n Kemudian rekristalisasi diikuti dengan salah satu dari
1. pertumbuhan butir atau
2. deformasi tambahan dan rekristalisasi
3. penurunan suhu secara tajam untuk memberhentikan difusi dan membeku
dalam struktrur teriskritalisasi.
Sifat logam dapat ditingkatkan dengan:
n Mengganti
struktur awal dengan yang lebih bagus, dapat dihasilkan peningkatan kekuatan,
keuletan dan ketangguhan
n Reorientasi partikel inklusi atau pengotor yang ada pada logam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar